Biografi Imam Attaji Al Faqir
Ibunda Nur Hasanah adalah sosok seorang ibu yang sabar dan tabah walaupun beliau Cuma sebagai ibu rumah tangga yg g punya penghasilan tapi ibu selalu mempotivasi ayah dalam hal apapun dan selalu meyayangi anak – anaknya sifat seperti itulah yang g bisa terlupakan dari sosok seorang ibu” Semoga istriku punya karakter seperti ibu q, munkin itu yang menjadi harapan q selama ini”
Kakak petama q yang bernama islamiyah merupakan kakak yang selau memberiri support atas semua yang menjadi harapan q, memang secara education munkin g terlalu tinggi karena terbentur dengan keadaan dan kondisi juga tetapi rasa sayang-nya pada q itu yang g bisa q lupakan dan q idamkan pada sosok serang prices yang nantinya menjadi pendamping hidup q, Tapi sayangya sampai saat ini Q belum menemukan sosok itu pada cewek yang sudah q kenal selama ini.”semoga segera menemukan sosok yang q idamkan”.
Kakak kedua q yang bernama selamat hariyadi. Dulu saya sering bertengkar dengannya karena masalah sepilih tapi dengan adegan seperti itu berindikasi pada sifat saling kangen dan saling sayang jujur q kangen banget ma Dia karena sudah hampir dua tahun kita g bercanda hal demikian g bisa q bayangkan gimana rasa kangenya seorang ibu tapi karena ibu sosok seorang yang selalu memberi support pada anak-anaknya beliau tidak mempelihatka pada anak-anaknya mending di pendam demi kesuksesan anak-anaknya dari pada di explore yang berindikasi pada anak-anaknya menjadi kepikiran atau kuarng konsentrasi pada kegiatanya, karena beliau tau begitu besarnya tanggung jawab yang di emban oleh kaka q sebagai TNI bagian LINUD(lintas udara), jujur saya berharap kelurga q bisa berkumpul seperti dulu yang selalu di warnai dengan bercanda, tawa ataupun ceria.
Saya sendiri merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara, dulu nama q bukan imam attaji tetapi Nurul huda tetapi karena masa kecil sering sakit-sakitan akhirnya sama kakek q diganti nama menjadi imam attaji, banyak yang bilang law q dulu ketika masih kecil sosok seorang yang ganteng dan pinter “kata masyarkat”. Hal demikian masih menjadi pertanyaan besar dalam hidup q karena masih belum merasakan law q sosok cowok yang genteng dan pinter, saya dulu ketika masih kecil sosok anak yang nakal dan manja hal itu Q sadari ketika di bandingkan dengan teman-teman yang ada di pesantren karena q dulu ketika lulus dari Mi (madrasah Ibtida’iyah) saya langsung melanjutka di jenjang sanawiyah tepatnya MTs. Darun Najah dan bertempat tingan di pondok pesantren al anwari, ketika ada di Mts banyak sekali kenagan yang g bisa q lupakan sampai saat ini tapi disisi lain q merasa gagal karena dengan kenakalan q masa tsnawiyah samapi mengenal Gang anak nakal di banyuwangi mulai dari yang suka mabuk, judi sampai suka perempuan tapi beruntung saya tudak termasuk anak yang puanya hoby seperti itu, masa – masa ini hilang yang berawal dengan kecelakaan ketika bolos mengikuti bimbingan matematika yang dilanjutkan dengan meninggalnya teman q karena struk, mualai dari sinilah q membuka lembaran baru juga untuk kehidupan baru.
Baersambung dulu